Teori-teori Tetang Cahaya Oleh Beberapa Pakar
a.
Teori Newton (1642-1727)
Pembahasan
mengenai keberadaan warna secara ilmiah dimulai dari hasil temuan Sir Isaac
Newton yang dimuat dalam bukunya “Optics”(1704). Ia mengungkapkan bahwa warna
itu ada dalam cahaya. Hanya cahaya satu- satunya sumber warna bagi setiap
benda. Asumsi yang dikemukan oleh Newton didasarkan pada penemuannya dalam
sebuah eksperimen. Di dalam sebuah ruangan gelap, seberkas cahaya putih
matahari diloloskan lewat lubang kecil dan menerpa sebuah prisma. Ternyata
cahaya putih matahari yang bagi kita tidak tampak berwarna, oleh prisma
tersebut dipecahkan menjadi susunan cahaya berwarna yang tampak di mata sebagai
cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu, yang kemudian dikenal sebagai susunan
spektrum dalam cahaya. Jika spektrum cahaya tersebut dikumpulkan dan diloloskan
kembali melalui sebuah prisma, cahaya tersebut kembali menjadi cahaya putih.
Jadi, cahaya putih (seperti cahaya matahari) sesungguhnya merupakan
gabungan cahaya berwarna dalam spektrum.
Newton kemudian menyimpulkan bahwa benda- benda sama sekali tidak berwarna tanpa ada cahaya yang menyentuhnya. Sebuah benda tampak kuning karena fotoreseptor (penangkap/penerima cahaya) pada mata manusia menangkap cahaya kuning yang dipantulkan oleh benda tersebut. Sebuah apel tampak merah bukan karena apel tersebut berwarna merah, tetapi karena apel tersebut hanya memantulkan cahaya merah dan menyerap warna cahaya lainnya dalam spektrum.
Cahaya
yang dipantulkan hanya merah, lainnya diserap. Maka warna yang tampak pada
pengamat adalah merah. Sebuah benda berwarna putih karena benda tersebut
memantulkan semua cahaya spektrum yang menimpanya dan tidak satupun diserapnya.
Dan sebuah benda tampak hitam jika benda tersebut menyerap semua unsur warna
cahaya dalam spektrum dan tidak satu pun dipantulkan atau benda tersebut berada
dalam gelap. Cahaya adalah satu-satunya sumber warna dan benda-benda yang
tampak berwarna semuanya hanyalah pemantul, penyerap dan penerus warna-warna
dalam cahaya.
b. Teori Young (1801) dan Helmholtz (1850)
Thomas
Young seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris adalah orang pertama kali memberi
dukungan yang masuk akal terhadap pernyataan Newton tentang penglihatan warna.
Asumsi Newton tentang penglihatan, cahaya dan keberadaan warna- warna benda
diuji kembali. Young membenarkan beberapa asumsi- asumsi Newton, tapi Young
menolak pernyataan Newton yang menyatakan bahwa mata memiliki banyak reseptor
untuk menerima bermacam warna. Pada tahun 1801 Thomas Young mengemukakan
hipotesa bahwa mata manusia hanya memiliki 3 buah reseptor penerima cahaya,
yaitu reseptor yang peka terhadap cahaya biru, merah dan hijau. Seluruh
penglihatan warna didasarkan pada ketiga reseptor tersebut. Tetapi Young hampir
tidak melakukan eksperimen apapun untuk mendukung pernyataannya.
Seorang
ahli penglihatan Jerman Hermann von Helmholtz menghidupkan dan menjelaskan
kebenaran teori Young. Hasil usaha bersama ini kemudian terkenal dengan “Teori
Young-Helmholtz” atau “Teori Penglihatan 3 Warna” atau “Teori 3 Reseptor”.
Melalui ketiga reseptor pada retina mata kita dapat melihat semua warna serta
membeda- bedakannya. Jika cahaya menimpa benda, maka benda tersebut akan
memantulkan satu atau lebih cahaya dalam spektrum. Jika cahaya yang dipantulkan
tersebut menimpa mata, maka reseptor- reseptor di retina akan terangsang salah
satunya, dua, atau ketiganya sekaligus. Jika cahaya biru sampai ke mata,
reseptor yang peka birulah yang terangsang, dan warna yang tampak adalah biru.
Jika reseptor hijau yang terangsang, maka warna yang tampak adalah hijau, dan
kalau reseptor merah yang terangsang warna yang tampak adalah merah.
c. Eksperimen James Clerck Maxwell
(1855-1861)
Penemuan
Young dan Helmholtz membuktikan bahwa terdapat hubungan antara warna cahaya
yang datang ke mata dengan warna yang diterima di otak. Hal ini merupakan
dukungan awal terhadap asumsi Newton tentang cahaya dan warna-warna benda.
Asumsi Newton menyatakan bahwa benda yang tampak berwarna sebenarnya hanyalah
penerima, penyerap, dan penerus warna cahaya yang ada dalam spektrum. James
Clerck Maxwell membuat srangkaian percobaan dengan menggunakan proyektor cahaya
dan penapis (filter) berwarna. 3 buah proyektor yang telah diberi
penapis (filter) warna yang berbeda disorotkan ke layar putih di ruang
gelap. Penumpukkan dua atau tiga cahaya berwarna ternyata menghasilkan warna
cahaya yang lain (tidak dikenal) dalam pencampuran warna dengan
menggunakan tinta/cat/bahan pewarna. Penumpukkan (pencampuran) cahaya
hijau dan cahaya merah, misalnya menghasilkan warna kuning.
Hasil
experimen Maxwell menyimpulkan bahwa warna hijau, merah dan biru merupakan
warna- warna primer (utama) dalam pencampuran warna cahaya. Warna primer
adalah warna- warna yang tidak dapat dihasilkan lewat pencampuran warna apapun.
Melalui warna- warna primer cahaya ini (biru, hijau, dan merah) semua
warna cahaya dapat dibentuk dan diciptakan. Jika ketiga warna cahaya primer ini
dalam intensitas maksimum digabungkan, berdasarkan eksperimen 3 proyektor yang
didemonstrasikan Maxwell.
Eksperimen
Maxwell merupakan model atau tiruan yang bagus sekali untuk memudahkan
pemahaman kita tentang bagaimana reseptor mata menangkap cahaya sehingga
menimbulkan penglihatan berwarna di otak.
Pencampuran warna
dalam cahaya dan bahan pewarna menunjukkan gejala yang berbeda. Sekalipun
begitu, dengan memperhatikan hasilnya secara seksama pada pencampuran masing-
masing warna primer, dapatlah diperkirakan adanya suatu hubungan yang saling
terkait satu sama lain. Warna kuning dalam cahaya ternyata dapat dihasilkan
dengan menambahkan warna cahaya primer hijau pada cahaya merah. Cara
menghasilkan warna cahaya baru dengan mencampurkan 2 atau lebih warna cahaya
disebut “pencampuran warna secara aditif” (additive= penambahan). Warna-
warna utama cahaya (merah, hijau, biru) selanjutnya kemudian dikenal
juga sebagai warna- warna utama aditif (additive primaries). Pencampuran
warna secara aditif hanya dipergunakan dalam pencampuran warna cahaya.
Hasil
pencampuran warna ini menunjukkan gejala yang berbeda bidang pencampuran warna
seperti pada cat. Dengan pencampuran bahan pewarna (cat) warna cat merah
dapat dihasilkan dengan mencampur cat warna primer magenta dan cat warna primer
yellow. Mencampurkan 2 atau lebih cat berwarna pada hakekatnya adalah
mengurangi intensitas dan jebis warna cahaya yang dapat terpantul kembali oleh
benda/cat tersebut. Pencampuran warna serupa ini dengan menggunakan pewarna/cat
kemudian disebut dengan pencampuran warna secara substraktif (substractive=
pengurangan). Warna- warna utama dalam cat/bahan pewarna kemudian lazim
disebut dengan warna-warna utama /primer substraktif (substractive primaries).
Sekian Yang Bisa Saya Postkan
Kalo Sumber dari beberapa Blog
Kalo Sumber dari beberapa Blog
0 komentar:
Posting Komentar